The Nurdayat Foundation


Seratus Tahun “Boedi Oetomo”
Selasa, 20 Mei 2008, 12:00 am
Filed under: Yogyakarta | Tag: , ,

  Seratus Tahun

 “Boedi Oetomo”

                

              Organisasi Pemuda

                Bangsa Indonesia

        ( 20 Mei 1908 – 20 Mei 2008 )

 

 

 

Boedi Oetomo lahir di Batavia 20 Mei 1908. Kongres Boedi Oetomo yang pertama diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Lokasi Kongres berada di kampung Jetis sebelah timur STM Negeri Jetis. Kini gedung itu digunakan sebagai gedung SMA Negeri 11 Yogyakarta di jalan AM Sangadji Jetis. Pada tahun 1950-an tempat tersebut digunakan untuk sekolah guru SGB Negeri Yogyakarta.

Kota Yogyakarta atau lebih luasnya propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, cikal bakalnya adalah dari wilayah pusat Kerajaan/Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dirancang oleh Kanjeng Sultan Hamengku Buwono pertama. Pada tahun 1682 Jawa, berlambangkan candra sengkala memet (simbol penanggalan yang berupa gambar, patung, dsb; lalu kata tafsir itu melambangkan angka tahun) berupa ukiran ular naga sejumlah dua yang saling membelakangi dengan ujung ekor saling melibat berpilin menjadi satu.  Candra sengkala tersebut bila dibaca akan berbunyi Dwi Naga Rasa Tunggal. Yaitu kata dwi berarti dua (2), naga bermakna angka 8 (delapan), rasa bermakna angka 6 (enam) dan tunggal berarti 1 (satu). Angka 2861 bila dibalik urutannya menjadi angka 1682. (Dan begitulah memang cara membaca candra sengkala, yaitu dari belakang –penerj.) Angka 1682 tahun Jawa/Saka tersebut menunjukkan tahun waktu berdirinya Kraton Ngayogyakarta, yaitu sama dengan tahun 1756 Masehi.

Wilayah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dipimpin Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan hamengku Buwono. Hamengku Buwono mengandung arti hamangku, hamengku, hamengkoni. Sepertinya memang sudah tergariskan menjadi daerah istimewa dalam wilayah negara Republik Indonesia.

Sejak Kanjeng Sultan Hamengku Buwono I mendirikan negara Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat sudah terlihat tekadnya untuk melawan penjajah. Dengan cara golong-gilig, bersatu tekad, manunggal menjadi satu antara raja dan rakyat. Merengkuh dan bersikap adil tanpa membeda-bedakan antara warga suku bangsa, agama, dan sebagainya. Semua itu hakikatnya merupakan daya karsa dan karya bagaimana caranya bangsa Nusantara manunggal dan merdeka.

Saat yang bertahta di Yogyakarta adalah Kanjeng Sultan Hamengku Buwono VI, adalah di wilayah yang masuk Kraton Kasultanan Ngayogyakarta lahir tokoh yang bernama dr. Wahidin Soedirohoesodo. Wahidin lahir di dusun Mlati Sleman Yogyakarta pada tanggal 7 Januari 1832. Wahidin memang anak yang menonjol kepandaiannya. Setelah menamatkan belajarnya di sekolah STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen), yaitu pendidikan Sekolah Dokter Bumi Putera (dokter Jawa), selain bekerja mencari penghasilan. Tidak lupa bahwa ia memiliki cita-cita turut menyumbangkan tenaga bagaimana mengentaskan para warga yang kondisi, posisi dan cara penghidupan yang sepertinya terdesak oleh para warga yang beraneka, seperti bangsa Cina dan Arab, lebih-lebih bangsa Belanda.

Dr. Wahidin Soedirohoesodo tidak ingin hanya dirinya sendiri yang pandai. Beliau ingin juga supaya  para pemuda mau belajar. Sedangkan caranya yaitu dr. Wahidin mengusahakan mengusahakan mengumpulkan dana biaya untuk sekolah atau studie fonds (dana sekolah) dengan cara berkeliling dari pintu ke pintu minta sumbangan dari para dermawan. Di kota Batavia (Jakarta), dr. Wahidin bersama pemuda Soetomo, Soeradji, Soewarna, Mohammad Soelaiman, Mohammad Saleh, Gunawan Mangoenkoesoemo, para siswa STOVIA dibantu bupati Serang, bupati Jepara, bupati Karanganyar, bersama berembug bermusyawarah.

 

Lahirnya Boedi Oetomo

Musyawarah itu diselenggarakan pada hari Ahad tanggal 20 Mei 1908 bertempat di bagian Anatomi Gedung STOVIA Jakarta.  Inti musyawarah melahirkan organisasi Boedi Oetomo. Pemuda dr. Soetomo yang terpilih sebagai ketua Boedi Oetomo yang pertama. Pemuda Soeradji mengusulkan, berhubung yang dibahas itu yaitu gagasan dr. Wahidin Soedirohoesodo yang sungguh merupakan perbuatan yang baik serta mulia, meskipun tidak mudah, namun betapa menunjukkan ‘budi’ yang ‘utama’. Maka disarankan nama badan/organisasi yang dimusyawarahkan yaitu mengambil kata itu yaitu “Boedi Oetomo”. Para tokoh pelaku sejarah itu sepakat cocok menyetujui. Selanjutnya mulai pada hari Minggu tanggal 20 Mei 1908 itulah di kota Batavia (Jakarta) lahir badan/organisasi yang bertujuan mulia yang bernamakan “Boedi Oetomo”. Selanjutnya mereka menyepakati akan menyelenggarakan kongres Boedi Oetomo yang pertama. Sedangkan lokasinya akan mengambil tempat di wilayah yang masuk Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

 

Kongres Boedi Oetomo yang Pertama di Yogyakarta

Berhubung karena Ngayogyakarta Hadiningrat menurut sejarah bangsa memang merupakan daerah istimewa, maka para pemuda(-pemudi) se-tanah Jawa dan Madura merasa lega bila kongres Boedi Oetomo yang pertama itu diselenggarakan di kota Ngayogyakarta Hadiningrat, bertepatan pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Tempatnya yaitu di aula gedung sekolah yang kini menjadi SMAN 11 Yogyakarta di jalan AM Sangadji (terusan ke selatan dari (jalan) Monumen Yogya Kembali) sebelah timur gedung STM Negeri Jetis Yogyakarta.

Inti hasil kongres, adalah untuk meningkatkan kepandaian serta meluhurkan memuliakan penghidupan para warga, serta menjunjung harkat martabat nama bangsa.Caranya yaitu dengan sarana pendidikan; bidang kebudayaan, pendidikan, sosial serta budi pekerti luhur. Sedangkan langkah kegiatannya:

          Boedi Oetomo menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, pendidikan budi pekerti.

          Boedi Oetomo mengusahakan-mengumpulkan dana belajar siswa (studie fonds)

          Boedi Oetomo lepas dari hal urusan politik praktis

          Warga Boedi Oetomo pada saat itu terdiri dari para siswa yang berasal dari tanah Jawa dan tanah Madura.

Organisasi Boedi Oetomo dibentuk oleh para pemuda penerus bangsa, khususnya para siswa STOVIA yang dipelopori oleh dr. Wahidin Soedirohoesodo. Dan pertama diketuai oleh dr. Soetomo. Dengan visi, proyeksi, harapan luhur, murni, bersih-baik demi kemajuan nusa bangsa negara; khususnya yaitu untuk mencerdaskan mensejahterakan serta memerdekakan bangsa Indonesia. Selanjutnya dengan rasa ikhlas, tekun sungguh-sungguh sesuai cita-cita bangsa, selanjutnya dapat mendorong munculnya kebangkitan berikutnya:

          Kongres Pemuda yang melahirkan jiwa persatuan; Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa; yaitu Indonesia.

          Kongres Perempuan; munculnya kesadaran emansipasi perempuan

          Lahirnya Pendidikan Kebangsaan Tamansiswa

          Lahirnya Pancasila sebagai Dasar Negara

          Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia.

Maka sudah selayaknyalah bahwa tanggal 20 Mei 1908 sebagai hari lahirnya organisasi Boedi Oetomo, ditetapkan oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

-o0o-

Sumber: Djaka Lodang


Tinggalkan sebuah Komentar so far
Tinggalkan komentar



Tinggalkan komentar