The Nurdayat Foundation


Awal Permulaan Mataram 05: Ki Ageng Pamanahan Wafat
Rabu, 6 Juli 2011, 3:55 pm
Filed under: Sejarah

Tersebutlah cerita, pada suatu ketika Ki Ageng Mataram (= Ki Ageng Pamanahan) sedang duduk dihadap oleh putra dan kerabatnya. “Anakku dan sanak-saudaraku semua, berhubung aku diramal oleh Sunan Giri, bahwa anak-turunku kelak akan berkuasa di tanah Jawa, pesan saya, kelak jika kalian merebut wilayah Bang Wetan, pilihlah hari Jumuah Paing, bulan Muharam. Ingatlah ini selalu. Apabila kedatangan musuh, jika kalian menghadang musuh itu jangan sampai melewati Gunung Kendeng, sebab akan kalah perangmu. Selanjutnya kelak, jika mengangkat bupati pilihlah dari keturunan kerabat Mataram sebab mereka telah ikut prihatin, ikut andil membangun Mataram. Jangan sekali-kali memilih orang di luar keturunan Mataram.”

Banyak pesan yang disampaikan kepada para putra sentana dan kerabatnya.

Waktu itu Mataram sudah gemah-ripah, murah sandang, murah pangan. Di saat-saat demikian Ki Ageng Mataram sedang sakit keras. Ia meninggalkan wasiat (pesan terakhir) kepada Ki Juru Martani, “Berhubung saya sudah sampai pada janji, terserah bagaimana mengasuh anak-anak semua. Adapun yang saya beri mandat menggantikan saya adalah Ngabehi Lor-ing-Pasar.”

Kepada para putra dan putrinya Ki Ageng meninggalkan pesan pula, “Anak-anakku kalian harus selalu menurut kepada pamanmu Ki Juru Martani.”

Ki Ageng Mataram lalu meninggal dunia. setelah disucikan, dimakamkan di sebelah barat masjid, dengan sengkalan tahun 1535 S ( = th 1613 M?)

Pada hari lain Ki Juru Martani pergi ke Pajang, bersama putra-putra Ki Ageng Mataram. Waktu itu Sultan Pajang sedang keluar sinewaka. Ki Juru beserta keponakannya lalu pepe (berjemur) di sebelah selatan beringin kurung. Setelah menghadap Sultan semua, Ki Juru Martani lalu melapor, memberitahu bahwa Ki Ageng Mataram telah meninggal. Ia menyerahkan kelima putra-putranya mana yang diperkenankan menggantikannya. Setelah Sultan mendengar bahwa Ki Ageng Mataram meninggal, begitu menyesal, lalu katanya, “Kakang Juru Martani, yang saya pilih mengganti Ki Ageng Pamanahan di Mataram adalah Ngabehi Lor-ing-Pasar serta saya beri gelar Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama. Kakang Juru saya serahi membimbing anak saya Senopati. Dalam satu tahun ini saya perkenankan tidak sowan (menghadap) ke Pajang untuk membangun Mataram serta merasakan kemuliaan di sana. Setelah satu tahun, segeralah menghadap, jangan sampai terlambat.” Juru dan Senopati menjawab bersedia serta lalu bersujud kepada Sultan. Selanjutnya mohon pamit untuk kembali ke Mataram.

(bersambung)


Tinggalkan sebuah Komentar so far
Tinggalkan komentar



Tinggalkan komentar